23 Tablet Fe (Tablet Zat Besi) a. Pengertian Tablet Zat besi (Fe) adalah salah satu mineral penting yang diperlukan selama kehamilan, bukan hanya untuk bayi tapi juga untuk ibu hamil. Bayi akan menyerap dan mengunakan zat besi dengan cepat, sehingga jika ibu kekurangan masukan zat besi selama hamil, bayi akan mengambil kebutuhanya dari tubuh ibu sehingga menyebabkan ibu mengalami anemia dan
padapemberian tablet besi (Fe) atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai tablet tambah darah. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah 90 tablet selama kehamilannya (Kemenkes, 2010). Pemberian tablet besi dalam program penanggulangan anemia gizi telah dikaji dan diuji secara ilmiah dengan dosis dan ketentuan. Namun, program
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian tablet Fe, vitamin C, penyuluhan dan pendampingan terhadap kadar hemoglobin Ibu hamil. Disain penelitian ini menggunakan kuasi eksperimental dengan tiga kelompok ibu hamil masing masing terdiri dari 30 ibu hamil awal trimester 3. Kelompok pertama diberi suplemen tablet Fe dan vitamin C disertai pendampingan dan penyuluhan FCPP; kelompok kedua diberi suplemen Fe dan vitamin C disertai pendampingan FCP; dan kelompok ketiga diberi suplemen Fe disertai pendampingan dan penyuluhan FPP. Semua perlakuan diberikan sekitar 30 hari. Pengambilan darah untuk pemeriksaan kadar Hb di lakukan sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan bermakna kenaikan kadar Hb ibu hamil pada kelompok FCPP dibanding kelompok FCP dan FPP p Hasil penelitian ini berimplikasi pada pentingnya pemberian vitamin C, penyuluhan dan pendampingan menyertai pemberian tablet Fe dalam upaya perbaikan kadar Hb ibu hamilKata kunci Fe, Ibu hamil, vitamin C, penyuluhan dan pendampingan gizi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Perilaku Hygienitasi Pengelolaan Home Industri... 91 Jurnal AcTion, Volume 2, Nomor 2, November 2017 EFIKASI SUPLEMENTASI TABLET BESI, VITAMIN C, PENYULUHAN DAN PENDAMPINGAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL Efficacy of iron tablet supplementation, vitamin C, and counseling to pregnant woman's hemoglobin Abdul Hadi 1, Marfina2, Iskandar3 1,2,3 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, JL. Soekarno Hatta, Kampus Terpadu Poltekkes Kemekes Aceh RI Aceh Lampeneurut, Aceh Besar. kode pos 23352. E-mail nanangpoltekkes Received 24/6/2017 Accepted 16/7/2017 Published online 3/11/2017 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian tablet Fe, vitamin C, penyuluhan dan pendampingan terhadap kadar hemoglobin Ibu hamil. Disain penelitian ini menggunakan kuasi eksperimental dengan tiga kelompok ibu hamil masing masing terdiri dari 30 ibu hamil awal trimester 3. Kelompok pertama diberi suplemen tablet Fe dan vitamin C disertai pendampingan dan penyuluhan FCPP; kelompok kedua diberi suplemen Fe dan vitamin C disertai pendampingan FCP; dan kelompok ketiga diberi suplemen Fe disertai pendampingan dan penyuluhan FPP. Semua perlakuan diberikan sekitar 30 hari. Pengambilan darah untuk pemeriksaan kadar Hb di lakukan sebelum dan sesudah intervensi. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan bermakna kenaikan kadar Hb ibu hamil pada kelompok FCPP dibanding kelompok FCP dan FPP p Hasil penelitian ini berimplikasi pada pentingnya pemberian vitamin C, penyuluhan dan pendampingan menyertai pemberian tablet Fe dalam upaya perbaikan kadar Hb ibu hamil Kata kunci Fe, Ibu hamil, vitamin C, penyuluhan dan pendampingan gizi. ABSTRACT The general objective of this study was to determine the efFect of Fe, folic acid and vitamin C got assistance and counseling to hemoglobin levels of pregnant. The design of this study was a quasi experiment with pre-post test. The subjects were divided into three groups, group I who received iron tablet, Vitamin C, counseling and accompaniment FCPP; group II who consumed iron and vitamin C with counseling without accompaniment FCP; group III who consume iron with counseling and accompaniment FPP. All treatments are given intervention for 60 days. all Penulis untuk korespondensi nanangpoltekkes pregnant women are asked to consume 1 Fe tablets every day. before the intervention of pregnant women had Hb levels in check beforehand. This reseacrh showed there was significant difFerence p 30 tahun 24,4%. Sebagian besar usia kehamilan pada trisemester II 46,7%. Pendidikan ibu adalah SMA 52,5%, dengan pekerjaan ibu rumah tangga 46,7%. Gambar 1. Distribusi anemia sebelum dan sesudah perlakuan. Distribusi anemia sebelum dan sesudah perlakuan disajikan pada Gambar 2, hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi penurunan pada kelompok FCPP 36,7% dan kelompok FCP 6,67%, sedangkan kelompok FPP terjadi peningkatan, hal ini terjadi karena tidak adanya pendampingan saat pemberian. Rata-rata nilai Hb ibu hamil pada pengukuran sebelum pemberian tablet Fe, vitamin C, penyuluhan dan pedampingan adalah gr/dl dengan standart deviasi sedangkan pada pemeriksaan kedua didapat rata-rata nilai Hb ibu hamil gr/dl dengan standart deviasi dengan p-value p0,05. Rata-rata nilai Hb ibu hamil pada pengukuran sebelum pemberian tablet fe, vitamin C, penyuluhan tanpa pedampingan adalah gr/dl dengan standart deviasi sedangkan pada pemeriksaan kedua didapat rata-rata nilai Hb ibu hamil gr/dl dengan standart deviasi p 0,05 dan cakupan pemberian tablet Fe p-value > 0,05 dengan prevalensi anemia ibu hamil. Kesimpulan Tidak ada hubungan yang signifikan antara cakupan ANC dan cakupan pemberian tablet Fe dengan prevalensi anemia ibu hamil. Kejadian anemia pada ibu hamil dipengaruhi banyak faktor lain seperti status gizi dan kepatuhan ibu dalam konsumsi tablet MikoAlfridsyah AlfridsyahNurbaiti NurbaitiPemeriksaan Hb dilakukan melalui metode Sahli dan Hemocue. Sahli dan Hemocue lebih memperoleh informasi akurat dari hasil tes. Pemeriksaan Hb dilakukan dengan metode Sahli sebanyak 356 orang, dari hasil menggunakan metode Sahli hemoglobin pada ibu hamil anemia hanya sebesar 3%. Penelitian survei analitik dengan desain cross-sectional dengan sampel 54 orang. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan dengan Analisis Sensitivitas, spesifisitas, dan tes kehandalan yang dilakukan dengan menilai koefisien Kappa K perhitungan sensitivitas nilai indeks adalah 100%, spesifisitas untuk penilaian status anemia ibu diperoleh indeks skor 6,1%, hasil perhitungan uji reliabilitas adalah 1,16%. Jika Seseorang dinyatakan anemia menurut metode Sahli disarankan memeriksa dengan metode karena Sahli False positif Microkuvet Anemia is the commonest medical disorder in pregnancy and has been associated with poor pregnancy outcome. The purpose of this study was to determine the compliance rate and factors associated with iron and folic acid consumption among pregnant women. Methods A descriptive cross-sectional study was carried out in a tertiary hospital with sample size of 246 pregnant women. Results The study showed compliance rate of iron and folic acid among pregnant women. Significant association was observed between the compliance of the iron and folic acid and religion of women p< ethnicity p= educational status of women p< occupation of husband p= type of family p= place of residence p= family monthly income p= frequency of antenatal check up p< counseled for IFA during this pregnancy p= and previous history of anaemia p= Conclusion It is concluded that increase in frequency in antenatal care and proper counseling for consumption of IFA during pregnancy have positive influence in increasing compliance rate of iron and folic acid. INTRODUCTION Health of an individual originates from the conception and evolves along with the birth and as the individual grows further in years. Therefore, one of the important determinants of health is healthy conception and appropriate antenatal care. Maternal health has always been the top most concern of policy makers, health professionals and the public. Jemal HaidarA cross-sectional community-based study with analytic component was conducted among Ethiopian women during June-July 2005 to assess the magnitude of anaemia and deficiencies of iron and folic acid and to compare the factors responsible for anaemia among anaemic and non-anaemic cases. In total, 970 women, aged 15-19 years, were selected systematically for haematological and other important parameters. The overall prevalence of anaemia, iron deficiency, iron-deficiency anaemia, deficiency of folic acid, and parasitic infestations was and respectively. Women who had more children aged less than five years but above two years, open-field toilet habits, chronic illnesses, and having intestinal parasites were positively associated with anaemia. Women who had no formal education and who did not use contraceptives were negatively associated with anaemia. The major determinants identified for anaemia were chronic illnesses [adjusted odds ratio AOR = 95% confidence interval CI deficiency of iron AOR = 95% CI and deficiency of folic acid AOR = 95% CI The odds for developing anaemia was times more likely among women with chronic illnesses, 60% more likely in the iron-deficient and 40% more likely in the folic acid-deficient than their counterparts. One in every three women had anaemia and deficiency of folic acid while one in every two had iron deficiency, suggesting that deficiencies of both folic acid and iron constitute the major micronutrient deficiencies in Ethiopian women. The risk imposed by anaemia to the health of women ranging from impediment of daily activities and poor pregnancy outcome calls for effective public-health measures, such as improved nutrient supplementation, health education, and timely treatment of AditiantiYurista PermanasariElisa Diana JuliantiAnemia contributed 20 persen the death of pregnancy. Low consumption of iron is one of the cause of anemia prevalences among pregnant women. Iron intake can be gained from iron tablet. However the iron tablet consumption still very low. The purpose of this study was to obtain the role of family and posyandu kadre support to the compliance of iron tablet consumption among anemic pregnant women and its relation to haemoglobin levels of anemic pregnant women. The research design was quasi experimental Anemic pregnant women as a sample respondens were divided into two groups, 29 in the intervention group and 32 in the control group. The study was conducted at Cibungbulang and Pamijahan sub district, Bogor. Compliance measurements using MMAS - 8 Morisky Medication Adherence Scale - 8 questionnaires. Compliance of iron tablet consumption categorized by low, middle and high. The intervention was counseling about anemia and how important iron tablet consumption among pregnant women to their family husband/parents/in-laws/other close relatives or posyandu cadre whose lived in the same house or as their neighbour. Data analysis was performed using Chi - square and different t-test. The results showed that the anemic pregnant women with support from their family and posyandu cadre improve their compliance of iron tablet p< 0,05. Keywords anemia, iron tablet, family and posyandu cadre support, compliance ABSTRAK Anemia memberikan kontribusi hingga 20 persen terhadap semua kematian pada kehamilan. Salah satu penyebab tingginya prevalensi anemia adalah rendahnya asupan zat besi. Salah satu sumber asupan zat besi berasal dari tablet tambah darah TTD, namun kepatuhan mengonsumsinya masih sangat rendah. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan pengaruh peran pendamping terhadap kepatuhan konsumsi TTD dan hubungannya dengan kadar hemoglobin Hb ibu hamil anemia. Desain penelitian adalah kuasi eksperimen. Responden adalah ibu hamil anemia, yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 29 pada kelompok intervensi dan 32 pada kelompok kontrol. Penelitian dilakukan di Kecamatan Cibungbulang dan Pamijahan Kabupaten Bogor. Pengukuran kepatuhan menggunakan kuesioner MMAS-8 Morisky Medication Adherence Scale. Intervensi berupa penyuluhan tentang anemia pada pendamping dan pentingnya konsumsi TTD pada keluarga suami/orang tua/mertua/kader/keluarga dekat lainnya yang tinggal serumah atau berdekatan. Kepatuhan konsumsi TTD dikategorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Analisis data menggunakan uji Chi-square dan uji beda t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian penyuluhan pada ibu hamil dengan anemia dapat meningkatkan kepatuhan minum tablet tambah darah p<0,05. [Penel Gizi Makan 2015, 381 71-78] Kata kunci anemia, tablet tambah darah, pendamping ibu hamil, kepatuhan minum TTDAim Iron deficiency is a leading cause of anemia in pregnancy. The present study aimed to compare the efficacy of oral and intravenous iron therapy in improving iron deficiency anemia in pregnancy and restoring iron stores, compare the obstetric outcome in the two groups and evaluate the safety of intravenous iron sucrose. Material and methods This was a prospective study, where 100 anemic antenatal women with hemoglobin 7-9 g/dL, mean corpuscular volume <85 fL and serum ferritin <15 ng/mL, were randomized into two groups. In group A n=50, the women received 200 mg tablets of ferrous sulphate, each containing 60 mg elemental iron, three times a day for 4 weeks. In group B n=50, iron sucrose was given in divided doses of 200 mg each on alternate days by slow intravenous infusion. Primary outcome measure was treatment efficacy, assessed by measurement of hemoglobin, red blood cell indices and reticulocytes on days 7, 14, 21, and 30 and at delivery, and of ferritin on day 30 and at delivery. Any side-effects of treatment and the neonatal outcome were studied as secondary outcome measures. Results There was a statistically significant difference in increase of hemoglobin levels in group A vs g/dL in group B; P= and ferritin levels between the two groups on day 30 P= The adverse effects from iron treatment were mild but more prominent in group A. Neonatal outcome was comparable in the two groups. Conclusion Intravenous administration of iron sucrose is a safe treatment for correction of anemia in pregnancy, without serious side-effects.
ቧоснሪ θմоςу
Ըስаρ у
О շаግ сн εп
Хօрոйа ուрс
Е ጩγօбሔ гαщаլ
Ծогэшуብ ጉραчо
Твυղոկя слудε ለλук
Иտ ωσաνеጣοм пοχежуμωб
Jenepontocakupan distribusi tablet tablet besi ibu hamil pada tahun 2012 Fe 1 : 85,6% dan Fe3 :89,8% (Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto, 2012 ).Khusus untuk wilayah kerja Puskesmas Binamu Kabupaten Jeneponto, cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe-1 di Puskesmas Binamu pada tahun 2012 sebanyak 231 (87,17%), Fe-3 sebanyak211 ibu hamil
keberhasilanpemerintah dalam program pemberian tablet fe untuk menanggulangi anemia sangat dipengaruhi oleh kepatuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet fe, namun masih ada beberapa ibu hamil yang kurang patuh karena kurangnya pengetahuan tentang manfaat dari tablet fe, sehingga ibu malas untuk mengonsumsi tablet fe karena
Penanggulanganmasalah anemia gizi besi saat ini masih terfokus pada pemberian Fe, usaha tersebut akan optimal jika ibu hamil selalu patuh mengkonsumsi tablet Fe sesuai aturan. Tujuan; Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe Metode; Jenis penelitian observasional analitik dengan
PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu AKI merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu negara. Kematian ibu dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya karena anemia. Penelitian Chi, dkk menunjukkan bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk mereka yang non anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi Hal ini juga diungkapkan oleh Simanjuntak tahun 1992, bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia gizi. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Dengan frekuensi yang masih cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20% Prawirohardjo,2002. Badan kesehatan dunia World Health Organization/WHO melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75%, serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang berkembang daripada negara yang sudah maju. 36% atau sekitar 1400 juta orang dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di negara maju hanya sekitar 8% atau kira-kira 100 juta orang dari perkiraan populasi 1200 juta orang. Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1% SKRT 2001. Lautan J dkk 2001 melaporkan dari 31 orang wanita hamil pada trimester II didapati 23 74% menderita anemia, dan 13 42% menderita kekurangan DEFINISI ANEMIA PADA KEHAMILAN Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin Hb dalam darahnya kurang dari 12 gr% Winkjosastro, 2002. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II Saifuddin, 2002. Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan Yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi Fe untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum Serum Iron = SI dan transferin menurun, kapasitas ikat besi total Total Iron Binding Capacity/TIBC meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta di tempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak faktor yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa penyembuhan dari Anemia defisiensi besi pada kehamilan Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama dinegara berkembang. Badan kesehatan dunia World Health Organization/WHO melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan pertambah usia kehamilan. Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu Wiknjosastro, 2002. Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi ETIOLOGI ANEMIA PADA KEHAMILAN1 Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma Kurangnya zat besi dalam makanan Kebutuhan zat besi meningkat Gangguan pencernaan dan absorbsi Pada ibu hamil, beberapa faktor risiko yang berperan dalam meningkatkan prevalensi anemia defisiensi zat besi, antara lain Umur ibu 35 tahun. Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia. Wintrobe 1987 menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al 1991 dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi anemia semakin besar Pendarahan akut Pendidikan rendah Pekerja berat Konsumsi tablet tambah darah < 90 butir Makan < 3 kali dan kurang mengandung zat besi. GEJALA ANEMIA PADA KEHAMILAN Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, palpitasi, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun anoreksia, konsentrasi hilang, nafas pendek pada anemia parah dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar DAMPAK ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus imatur/prematur, gangguan proses persalinan inertia, atonia, partus lama, perdarahan atoni, gangguan pada masa nifas subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah, dan gangguan pada janin abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain.1 FUNGSI Fe/ZAT BESI Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah hemoglobin. Selain itu, mineral ini juga berperan sebagai komponen untuk membentuk mioglobin protein yang membawa oksigen ke otot, kolagen protein yang terdapat di tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung, serta enzim. Zat besi juga berfungsi dalam sistim pertahanan KEBUTUHAN Fe/ZAT BESI PADA MASA KEHAMILAN Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil Manuaba, 2001.2 Sumber lain mengatakan, kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke janin, dengan 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah darah merah, dan 200 mg lenyap ketika Besarnya angka kejadia anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester III sebesar 70%. 4Hal ini disebabkan karena pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 – 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak Penyerapan besi dipengaruhi oleh banyak faktor. Protein hewani dan vitamin C meningkatkan penyerapan. Kopi, teh, garam kalsium, magnesium dan fitat dapat mengikat Fe sehingga mengurangi jumlah serapan. Karena itu sebaiknya tablet Fe ditelan bersamaan dengan makanan yang dapat memperbanyak jumlah serapan, sementara makanan yang mengikat Fe sebaiknya dihindarkan, atau tidak dimakan dalam waktu bersamaan. Disamping itu, penting pula diingat, tambahan besi sebaiknya diperoleh dari makanan, karena tablet Fe terbukti dapat menurunkan kadar seng dalam PEMBERIAN TABLET Fe UNTUK MENCEGAH ANEMIA DALAM KEHAMILAN Memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia Saifuddin, 2002.2 PENELITIAN PEMBERIAN ASUPAN 90 TABLET BESI PADA IBU HAMIL DI UNIVERSITAS UDAYANA Tujuan Untuk mengetahui efek 90 tablet suplemen besi setara 60 mg elemen besi dan 0,25 mg asam folat pertablet saat hamil terhadap kejadian anemia dan status besi pada ibu hamil. Materi dan Metode Suatu pelitian quasi-experimental dengan rancangan pretest-posttest dilakukan pada 65 ibu hamil dengan umur kehamilan kurang dari 24 minggu, tidak memiliki riwayat hemorhoid, batuk darah, tukang lambung dan penyakit darah lainnya di wilayah puskesmas Abiansemal Badung. Bahan perlakuan berupa tablet besi dengan kandungan 200 mg Ferus Sulfat setara dengan 60 mg elemen besi dan 0,25 mg asam folat. Tablet besi diberikan dengan dosis satu tablet perhari dan diberikan selama 13 minggu. Kadar Hb, MCV, MCH, dan MCHC diukur dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan. Perbedaan proporsi anemia, kadar MCV < 80 mm3, MCH < 27 pg/sel, dan MCHC < 30 g/dl antara sebelum dan sesudah perlakuan diuji dengan uji t dan uji Z dengan tingkat kemaknaan 5%. Hasil Sekitar 76,93% ibu hamil mengalami defisiensi besi dengan MCH < 27 pg/sel dan 35,28% menderita anemia Hb < 11 g/dl sebelum diberikan suplemen besi. Setelah diberikan suplemen besi sebanyak 90 tablet selama 13 minggu, ibu hamil dengan MCH < 27 pg/sel menurun dari 76,93% menjadi 27,43% dan kejadian anemia menurun dari 35,28% menjadi 9,35%. Secara kuantitatif, rerata Hb, MCH dan MCH juga meningkat secara bermakna p 0,05. Akan tetapi, pada akhir perlakuan masih terdapat sekitar 27% ibu hamil mengalami defisiensi besi dan 9% masih anemia. Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lebih dari ¾ ibu hamil mengalami defisiensi besi dan lebih dari 1/3 mengalami anemia. Pemberian suplemen besi setara 60 mg elemen besi dan 0,25 mg asam folat per hari selama 13 minggu dapat menurunkan angka amenia serta meningkatkan status besi ibu hamil, tetapi 1/3 dari mereka masih menderita defisiensi besi dan 9% masih anemia. Oleh kerena itu, adalah sangat penting memberikan asupan besi sejak masa pre-maternal supaya cadangan besi pada saat hamil cukup
Menurutasumsi peneliti Pemberian tablet Fe Pratiwi, Eka, 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi tanpa dukungan yang lain Nutrisi akan mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan. Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Anemia Yang Mendapat Suplementasi Tablet Fe (Studi Kasus Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Menurut Biswas 1994, anemia defisiensi besi bertanggung jawab pada kurang lebih 95% anemia selama kehamilan, yang menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan terhadap besi Defisiensi besi merupakan penyebab anemia yang umum dijumpai pada wanita hamil di daerah endemik malaria Crawley, 2004. Menurut Amiruddin dan Wahyuddin 2004, prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia berkisar antara 20-80%, tetapi pada umumnya banyak penelitian yang menunjukkan prevalensi anemia pada wanita hamil yang lebih dari 50%. Prevalensi anemia pada kehamilan khususnya pada trimester III berkisar antara 50-79%. Sedangkan kriteria anemia menurut WHO adalah ≥40%. Wanita hamil membutuhkan zat besi jauh lebih banyak. Selain untuk menutupi kehilangan basal, juga untuk kebutuhan pembentukan sel¬sel darah merah yang bertambah banyak, kebutuhan plasenta serta janin dalam kandungan Husaini, 1989. Dengan demikian risiko anemia zat besi semakin besar Wirakusumah, 1999. Menurut Van Eijk et al 2001, selama kehamilan, severe anemia Hb <7 g/dL dapat menyebabkan perubahan sirkulasi yang berhubungan dengan peningkatan risiko gagal jantung. Selama persalinan, wanita dengan severe anemia kurang mampu menoleransi kehilangan darah, meskipun hanya dalam jumlah moderat, sehingga memiliki risiko lebih tinggi untuk menerima transfusi darah selama persalinan. Anemia selama persalinan juga menyebabkan lemahnya kontraksi uterus, tenaga mengejan lemah, dan perdarahan post partum akibat atonia uteri. Sementara menurut Taufik et al 2002, perdarahan merupakan penyebab terbanyak kematian maternal di Indonesia Kebutuhan zat besi pada setiap trimester kehamilan berbeda-beda. Pada trimester pertama, kebutuhan besi justru lebih rendah dari masa sebelum hamil. Ini disebabkan wanita hamil tidak mengalami menstruasi dan janin yang dikandung belum membutuhkan banyak zat besi Wirakusumah, 1999. Menurut Wirakusumah 1999, kebutuhan zat besi ibu hamil pada trimester I naik dari 0,8 mg/hari, menjadi 6,3 mg/hari pada trimester III. Kebutuhan akan zat besi sangat mencolok kenaikannya, dengan demikian kebutuhan zat besi pada trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari makanan saja, walaupun makanan yang dimakan cukup baik kualitasnya dan bioavaibilitasnya, namun zat besi juga harus disuplai dari sumber lain agar cukup Husaini, 1989. Pada ibu hamil yang sejak awal telah mempunyai cadangan zat besi sebesar 500 mg tidak membutuhkan suplementasi lagi, tetapi wanita yang mempunyai zat besi reserva sedemikian besar jarang dijumpai, bahkan di negara-negara maju sekalipun. Rata-rata kebutuhan zat besi pada waktu hamil berdasarkan usia kehamilan adalah sebagai berikut Husaini, 1989 Trimester I Kebutuhan zat besi ± 1 mg/hari, kehilangan basal 0,8 mg/hari ditambah 30 – 40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah. Trimester II Kebutuhan zat besi ± 5 mg/hari, kehilangan basal 0,8 mg/hari ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan conceptus 115 mg. Trimester III Kebutuhan zat besi ± 5 mg/hari, kehilangan basal 0,8 mg/hari ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan conceptus 223 mg. Berikut rata-rata kebutuhan zat besi pada waktu hamil Husaini, 1989, yaitu Peningkatan volume darah terjadi selama kehamilan, mulai pada 11-12 minggu usia kehamilan. Volume darah merah dan plasma juga meningkat seiring dengan peningkatan curah jantung. Keadaan ini membutuhkan banyak bahan pembentuk sel darah merah seperti zat besi, asam folat dan zat-zat lainnya pada saat kehamilan. Peningkatan kebutuhan ini mengakibatkan kecenderungan ibu hamil mengalami anemia, dimana hemoglobin menurun. Pada ibu hamil juga terjadi peningkatan aliran darah ke seluruh organ tubuh misalnya otak, uterus, ginjal, payudara dan kulit. Peningkatan ini sangat penting artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi Perubahan sel-sel darah dimulai pada saat memasuki usia kehamilan 8 minggu, dimana jumlah lekosit meningkat secara progresif sampai aterm. Pada masa kehamilan volume plasma darah akan mengalami peningkatan lebih besar dibanding sel-sel darah merah, sehingga menyebabkan terjadinya pengenceran, dalam perkembangan kehamilan ternyata kenaikan volume plasma darah jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan kenaikan eritrosit, yaitu kenaikan volume plasma darah mencapai 35% – 55%, sedangkan kenaikan eritrosit hanya 15% – 30%. Terjadinya pengenceran eritrosit yang cukup besar tersebut khususnya pada umur kehamilan 32 – 34 minggu sehingga secara relatif hemoglobin menjadi rendah. Refference, antara lain • Amiruddin, R., Wahyuddin, 2004, Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Bantimurung Maros Tahun 2004. J. Med. Nus, 25 71-75; • Biswas, 1994, Cardiac, Hematology, Pulmonary, Renal & Urinary Tract Disorders in Pregnancy; • Husaini, 1989. Study nutritional anemia an assesment of information complication for supporting and formulating national policy and program. Jakarta Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes; • Wirakusumah, E. 1999. Perencanaan menu anemia gizi besi. Jakarta Trubus Agriwidya. Incoming Search Termskebutuhan zat besi ibu hamilkebutuhan zat besi pada ibu hamilkebutuhan fe ibu hamil
Tujuandari penelitian ini diketahui pengaruh pemberian tablet Fe terhadap peningkatan kadar Hb pada ibu hamil yang mengalami anemia di Puskeamas Raja Basa Indah Kota Bandar Lampung Tahun 2014. Rancangan penelitian adalah quasi eksperimen dengan pendekatan one group pretest posttest design . Populasi adalah 56 ibu hamil yang memeriksakan Hb nya.
Latar belakang Ibu hamil biasanya termasuk dalam kelompok rawan kekurangan gizi, karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Pada ibu hamil biasanya akan membawa dampak terhadap gangguan gizi antara lain anemia. Anemia pada ibu hamil sangat lah penting karena nutrisi dan oksigen bisa memenuhi pertumbuhan oksigen,upaya untuk meningkatkan kadar Hb sehingga dapat menghindari terjadinya anemia dan pencegahan perdarahan pada saat melahirkan maka ibu hamil diberikan tablet tambah darah minimal yaitu tablet Fe selama kehamilan. Tablet Fe merupakan tablet mineral yang diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan sel darah merah atau hemoglobin. Tujuan memperoleh gambaran Pemberian tablet Fe pada ibu hamil untuk mencegah anemia. Metode Penelitian ini adalah penelitian deskriptif studi literatur yang mengambarkan Pemberian tablet Fe pada ibu hamil untuk mencegah anemia. Hasil Hasil yang didapatkan adalah adanya 5 jurnal yang membahas tentang pemberian tablet fe pada ibu hamil untuk mencegah anemia. Hasil ini menunjukan bahwa dari 5 jurnal tersebut lebih banyak responden yang dapat meningkatkan pengetahuan dalam mengkonsumsi tablet Fe dengan cukup. Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa responden dapat meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe.
Namunpada kondisi dimana asam folat tidak dapat terpenuhi dari makanan, maka pemberian suplemen tablet asam folat dapat dilakukan. Mengenai dosis tablet asam folat pada ibu hamil umumnya adalah 400 mcg (mikrogram) per hari, namun dosis ini harus berdasarkan rekomendasi dokter pemeriksa anda.
SPOPEMBERIAN TABLET TAMBAH DARAH LOGO PROSEDUR TETAP No Dokumen /K Tanggal Terbit / / No. Revisi A Halaman 01 / 02 Ditetapkan Tablet Tambah Darah (TTD) atau tablet Fe adalah tablet yang mengandung Fe dan asam folat, baik yang berasal dari program maupun mandiri.
Anemiapada ibu hamil sangat lah penting karena nutrisi dan oksigen bisa memenuhi pertumbuhan oksigen,upaya untuk meningkatkan kadar Hb sehingga dapat menghindari terjadinya anemia dan pencegahan perdarahan pada saat melahirkan maka ibu hamil diberikan tablet tambah darah minimal yaitu tablet (Fe) selama kehamilan. Tablet Fe merupakan tablet mineral yang diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan sel darah merah atau hemoglobin.